FilmTenggelamnya Kapal Van Der Wijck ditonton oleh 570 ribu penonton dalam tujuh hari pemutarannya di gedung-gedung bioskop Tanah Air. Minggu, 10 Juli 2022 Cari

Pernah nonton film tenggelamnya kapal van der wijk ??? ini nih bagian yang paling keren difilmnya tenggelamnya kapal van der wijk, film ini di bintangi oleh Herjunot ali dan pevita pearce. yuk mari kita liat dialognya guys !!! Zainuddin Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku. Kau patahkan. Kau minta maaf.. Hayati Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman, kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini. Zainuddin Demikianlah perempuan, ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walau pun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Zainuddin Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh Ninik Mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina, tidak tulen Minangkabau, ketika itu kau antarkan saya di simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanganku berapapun lamanya, tapi kemudian kau berpaling ke yang lebih gagah kaya raya, berbangsa, beradat , berlembaga, berketurunan, kau kawin dengan dia. Kau sendiri yang bilang padaku bahwa pernikahan itu bukan terpaksa oleh paksaan orang lain tetapi pilihan hati kau sendiri. Hampir saya mati menanggung cinta Hayati.. 2 bulan lamanya saya tergeletak di tempat tidur, kau jenguk saya dalam sakitku, menunjukkan bahwa tangan kau telah berinang, bahwa kau telah jadi kepunyaan orang lain. Siapakah di antara kita yang kejam Hayati? Zainuddin Kau pilih kehidupan yang lebih senang, mentereng, cukup uang, berenang di dalam emas, bersayap uang kertas. Siapakah di antara kita yang kejam Hayati? Siapa yang telah menghalangi seorang anak muda yang bercita-cita tinggi menambah pengetahuan tetapi akhirnya terbuang jauh ke Tanah Jawa ini, hilang kampung dan halamannya sehingga dia menjadi anak yang tertawa di muka ini tetapi menangis di belakang layar. Tidak Hayati, saya tidak kejam. Saya hanya menuruti katamu. Bukankah kau yang meminta dalam suratmu supaya cinta kita itu dihilangkan dan dilupakan saja, diganti dengan persahabatan yang kekal. Permintaan itulah yang saya pegang teguh sekarang. Kau bukan kecintaanku, bukan tunanganku, bukan istriku. Tetapi janda dari orang lain. Maka itu secara seorang sahabat, bahkan secara seorang saudara saya akan kembali teguh memegang janjiku dalam persahabatan itu sebagaimana teguhku dahulu memegang cintaku. Itulah sebabnya dengan segenap ridho hati ini kau ku bawa tinggal di rumahku untuk menunggu suamimu, tetapi kemudian bukan dirinya yang kembali pulang, tapi surat cerai dan kabar yang mengerikan. Maka itu sebagai seorang sahabat pula kau akan ku lepas pulang ke kampungmu, ke tanah asalmu, tanah Minangkabau yang kaya raya, yang beradat, berlembaga, yang tak lapuk dihujan, tak lekang dipanas. Ongkos pulangmu akan saya beri. Demikian pula uang yang kau perlukan. Dan kalau saya masih hidup, sebelum kau mendapat suami lagi Insya Allah kehidupanmu selama di kampung akan saya bantu. Hayati Saya tidak akan pulang. Saya akan tetap di sini bersamamu. Biar saya kau hinakan. Biar saya kau pandang sebagai babu yang hina. Saya tak butuh uang berapa pun banyaknya. Saya butuh dekat dengan kau, Zainuddin. Saya butuh dekat dengan kau.. Zainuddin Tidak. Pantang pisah berbuah dua kali. Pantang pemuda makan sisa. Kau mesti pulang kembali ke kampungmu. Biarkan saya dalam keadaan begini. Jangan mau ditumpang hidup saya.
Iniadalah cuplikan dialog dari skenario film Tenggelamnya Kapan Van der Wijck yang masuk kategori delete scene. Hanya sedikit yang dijadikan narasi karena durasi film yang teramat panjang. Dan dialog-dialog di awal film antara Zainuddin dan Amma' Basse (ibu asuhnya) ini sempat dialihbahasa ke Bahasa Makassar.
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Buya Hamka jelas merupakan cerita fiksi. Namun kejadian tenggelamnya kapal Van der Wijck yang mengilhami Hamka untuk menulis cerita tersebut adalah peristiwa yang benar-benar nyata. Kisah tenggelamnya kapal Van der Wijk pada tahun 1936 di perairan Lamongan telah menyisakan misteri selama puluhan tahun. Bangkai kapal itu belum ditemukan selama 85 tahun ini! Kini, ada titik terang mengenai keberadaan kapal yang dijuluki sebagai Titanic-nya Indonesia itu. Tim arkeolog dari Badan Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur BPCB Jatim baru-baru ini mengabarkan telah menemukan sebuah bangkai kapal yang diduga kuat sebagai kapal Van der Wijck. Mereka meyakini, berdasarkan ciri-cirinya, bangkai kapal tersebut adalah kapal Van der Wijck. Selain itu, bangkai kapal tersebut juga ditemukan di lokasi tenggelamnya kapal Van der Wijck, yakni di Laut Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Wicaksono Dwi Nugroho, salah satu arkeolog dari BPCB Jatim, menjelaskan kepada National Geographic Indonesia bahwa titik lokasi bangkai kapal tersebut sebenarnya telah ditemukan sejak April 2021. Namun, tim baru bisa melihat jelas kondisi bangkai kapal tersebut pada Oktober ini ketika arus di Laut Brondong tenang. Adapun pada bulan-bulan sebelumnya, termasuk pada April, arus di perairan tersebut cukup kencang sehingga lumpur bawah laut teraduk-aduk. Lumpur dasar laut yang teraduk-aduk ini membuat air sangat keruh sehingga sulit bagi para penyelam dan arkeolog bawah air untuk melihat bangkai kapal tersebut. Wicak, sapaan Wicaksono, memaparkan bahwa bangkai kapal tersebut ditemukan dalam posisi miring. Bangkai kapal ini melintang di posisi barat daya ke timur laut. Sementara cerobong asapnya yang berdiri di tengah kapal, karena posisi kapal miring, jadi mengarah ke barat laut. Baca Juga Berkunjung ke Gombong, Jangan Lupa Mampir ke Benteng Van Der Wijck! Herri Purnomo/YouTube Kapal Van der Wijck hilang tenggelam di Laut Brondong, Lamongan, pada Oktober 1936. Bagian terbawah kapal tersebut berada di dasar laut, di kedalaman 54-55 meter. "Bagian teratas kapal ada di kedalaman 34-36 meter," kata Wicak. Dari selisih kedalaman ini, dapat diperkirakan secara kasar bahwa lebar bangkai kapal tersebut adalah sekitar 18 meter. Wicak juga menambahkan bahwa menurut perkiraan sementara berdasarkan hasil survei timnya yang menyelam ke sana, bangkai kapal tersebut memiliki panjang sekitar 100 meter dan cerobong asap yang menonjol setinggi tiga meter. Dimensi ukuran bangkai kapal ini cukup mirip dengan kapal Van der Wijck. Sebagai perbandingan, berdasarkan catatan sejarah, kapal Van der Wijck yang dibuat tahun 1921 ini memiliki panjang 97,5 meter, lebar 13,4 meter dan tinggi 8,5 meter. Berat kotornya ton, berat bersih ton, dan daya angkut ton. Beradasarkan fitur-fiturnya, menurut Wicak, bangkai kapal yang ditemukan ini juga mirip dengan kapal Van der Wick. Bangkai kapal ini memiliki tangga di bagian samping tengah, cerobong asap, dan lubang-lubang tempat penumpang. "Jelas, ini adalah kapal komersil, bukan kapal militer," ujar Wicak. Baca Juga Taman Sejarah Bawah Laut Gallipoli, Makam Kapal Perang HMS Majestic Beberapa kapal militer dari Perang Dunia II juga diketahui pernah tenggelam di perairan Lamongan. Namun kapal militer ini rata-rata memiliki panjang sekitar 30 meter, tidak sebesar bangkai kapal yang baru ditemukan ini. Selain itu, fitur bangkai kapal ini juga tidak seperti kapal militer yang biasanya tidak menyediakan ruangan-ruangan untuk penumpang umum. Adapun Van der Wijck sendiri adalah kapal milik maskapai pelayaran Belanda, Koninklijke Paketvaart Maatschappij KPM. kapal ini diluncurkan sebagai kapal penumpang dan kargo yang memiliki dua kelas dan geladak. Kelas pertama memiliki kapasitas hingga 60 orang, kelas dua dapat menampung 34 orang, dan geladak berkapasitas hingga 999 orang. Selain disebut dalam novel karya Hamka, kapal ini juga terkenal karena pernah ditumpangi Mohammad Hatta ketika hendak dibuang ke Boven Digoel, Papua. Setelah selesai dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam, pada tahun 1921, kapal ini kemudian segera berlayar dari Feyenoord menuju Indonesia pada tahun yang sama. Baca Juga Ilmuwan Melihat 'Makhluk Misterius' Raksasa Saat Meneliti Kapal Karam Rijksmuseum Lukisan potret Carel Herman Aart van der Wijck 1840-1914, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berdinas 1893-1899. Seniman Louis Storm van 's-Gravensande melukisnya dengan pose berdiri dengan tangan kanan bertumpu pada peta Hindia. Tampak di kiri atas lambang heraldik keluarga sang gebernur. Pada Senin, 19 Oktober 2021 sekitar pukul malam, kapal Van der Wijck mengalami kecelakaan dan kemudian tenggelam. Saat itu kapal tersebut baru saja berangkat dari Surabaya menunju Semarang namun tak pernah sampai tujuan. Sebelumnya, kapal tersebut berlayar dari Bali ke Surbaya dan kemudian tercatat membawa muatan 150 ton besi dan 5 buah konsedor dengan masing-masing seberat 3 ton. Wicak mengatakan bahwa timnya juga melihat sejumlah peti-peti besi di sekitar bangkai kapal yang baru ditemukannya. Pelayaran kapal Van der Wicjk yang dianggap sangat mewah pada masanya itu berakhir di Perairan Lamongan, Jawa Timur, tepatnya di 12 mil dari Pantai Brondong, Lamongan. Pada Kamis, 22 Oktober 1936 surat kabar de Telegraaf mengabarkan bahwa akibat peristiwa tenggelamnya kapal Van der Wijck, ada 58 penumpang yang tewas dan 42 lainnya hilang, sedangkan 153 penumpang lainnya berhasil diselamatkan. Pada hari Kamis yang sama, surat kabar Australia, The Queenslander, turut memberitakan tenggelamnya Van der Wijck. Koran tersebut menyebut jika kapal sekonyong-konyong miring saat berada di 64 kilometer barat daya Surabaya. Setelah itu hanya butuh enam menit hingga seluruh badan kapal tenggelam. The Queenslander juga menuliskan soal proses evakuasi yang melibatkan banyak orang, mulai dari sejumlah nelayan setempat, pilot pesawat terbang, hingga kapal Angkatan Laut Belanda. Sebanyak 153 dari 253 orang penumpang berhasil diselamatkan. Saat kapal Van der Wijck tenggelam, sejumlah warga yang tinggal di pesisir Pantai Brondong juga berperan dalam menyelamatkan banyak penumpang. Sebagai ucapan terimakasih kepada warga dan untuk mengenang tenggelamnya kapal mewah tersebut, Pemrintah Hindia Belanda mendirikan Monuman Van der Wijck. Monumen Van der Wijck berdiri kokoh di kawasan pantai Brondong dan berbentuk seperti pos pemantau setinggi 15 meter berwarna kuning dan biru. Terdapat dua prasasti di dinding barat dan timur monumen. Prasasti terbuat dari pelat besi bertuliskan dalam bahasa Belanda dan Indonesia. Baca Juga Perang Dunia Kedua dan Takdir 'Sophie Rickmers' di Ujung Sumatra Herri Purnomo/YouTube Kapal Van der Wijck adalah kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij KPM yang dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam tahun 1921. Keberadaan monumen tersebut adalah salah satu hal yang membuat Wicak yakin bahwa kapal Van der Wijck benar-benar tenggelam di Laut Brondong. "Monumen itu kan bukti arkeologis yang nyata," ucap Wicak. Selain itu, Wicak juga mendapatkan kesaksian dari banyak warga setempat di pantai Brondong yang mendengar kisah tenggelamnya kapal Van der Wijck dari kakek-nenek dan orang tua mereka. Saat ditanyai soal keberadaan monumen Van der Wijck, para orang tua mereka akan selalu bercerita soal kejadian tenggelamnya kapal itu dan banyaknya penumpang yang berhasil diselamatkan oleh orang-orang tua mereka dulu. Dalam proses pengumpulan data lokasi tenggelamnya kapal Van der Wijck dan survei penyelaman ke dalam air, Wicak juga melibatkan sejumlah nelayan dan penyelam lokal. Beberapa nelayan tua lokal dari Rukun Nelayan Belimbing di Brombong masih ingat betul daerah yang jadi tempat tenggelamnya kapal tersebut. Selain itu, beberapa nelayan dan penyelam juga sempat melihat dan menemui keberadaan bongkahan besar aneh di bawah laut di daerah tersebut. Baca Juga Heboh Pelaut Ditemukan Jadi Mumi di 'Kapal Hantu' di Filipina KITLV Kantor Koninklijke Paketvaart Maatschappij di Koningsplein Oost, kini Medan Merdeka Timur. Foto dari album dari seorang prajurit Tentara Kerajaan Belanda dari batalion ketiga resimen kedelapan, Bos, pada 1940. Berdasarkan informasi yang terhimpun itulah, tim BPCB Jatim bersama dengan para penyelam lokal kemudian melakukan penyelaman dan pengambilan foto serta video atas bangkai kapal tersebut pada 19-22 Oktober 2021. Hasil foto dan video tersebut belum bisa dipublikasikan karena masih dalam proses pengolahan oleh tim BPCB dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah medapatkan izin dari Dirjen Kebudayaan barulah foto dan video tersebut bisa dipublikasikan untuk publik. Dalam waktu dekat, hasil foto dan video yang sedang diolah itu akan segera dikomparasikan dengan foto-foto lama kapal Van der Wijck untuk membandingkan dimensi dan fitur-fiturnya. Selain itu, tim juga akan melakukan pemindaian sonar untuk memperkirakan dengan lebih pasti ukuran atau dimensi kapal tersebut. Wicak berharap ke depannya tim bisa melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil sampel, bahkan melakukan ekskavasi bangkai kapal tersebut. Bukan tidak mungkin, bangkai kapal tersebut kelak bisa menjadi objek wisata sejarah dan arkeologi di pantai Brondong. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
\ndialog tenggelamnya kapal van der wijck
BuyaHamka (novel, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck) Starring Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahadian, Randy Nidji, Gesya Shandy. Cerita ini berkisar tentang semangat juang Zainuddin, bagaimana. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck has ratings and reviews. Starring Pevita Pearce, Herjunot Ali, and Reza Rahadian, the film based on Hamka's novel Babak I Mak Base “Sedang apa kau, Din? Untuk apa semua pakaianmu kau masukkan dalam kantong itu?”. Zainudin “Mak, aku teringat pesan Ayah ketika beliau akan menutup mata. Ayah berkata padaku, bahwa negerinya yang asli bukan Mengkasar, tetapi jauh seberang lautan, yang lebih indah lagi dari negeri Mengkasar. Disanalah pendam kuburan nenek moyangku. Jauh... katanya, jauh benar negeri itu. Jauh dibalik lautan lebar, subur, dan nyaman tanamannya. Aku ingin kesana Mak, ke tempat asalku. Mak Base “Untuk apa kau kesana, Din? Tidakkah lebih baik kau disini bersama Mak Base. Paling tidak sampai Mak mati nanti”. Zainudin “Tidak, Mak. Aku ingin pergi kesana. Sempit rasanya alam saya, Mak Base, jika saya masih tetap hidup juga di Mengkasar ini. Ilmu apakah yang akan saya dapat di sini. Biarkan saya berangkat ke Padang . Kabarnya konon, disana hari ini telah ada sekolah-sekolah agama. Pelajaran akhirat telah telah diatur dengan sebagus-bagusnya. Apalagi puncak Singgalang dan Merapi sangat keras seruannya padaku rasanya. Lepas saya berangkat kesana. Lepaslah, Mak, jangan Mamak diam saja.” Mak Base “Bagaimana Mamak tidak diam, bagaimana hati mamak tidakkan berat. Dari kecil engkau kubesarkan, hidup dalam pangkuanku. Rasanya hidup mamak pun tak dapat diceraikan dari hidupmu. Perlu kau tahu, Din. Padang bukanlah seperti Mengkasar. Ayahmu yang dari Padang, bukan ibumu, maka kau akan dianggap sebagai orang asing dan sulit diterima dengan baik di sana.” Zainudin “Mak, aku ini laki-laki, tak perlu kau khawatirkan aku tentang hal itu. Mak Base “Kalau memang sudah bulat tekadmu, terimalah uang ini. Ini adalah peninggalan ayahmu, hasil jerih payahnya untuk menghidupimu. Gunakan ini sebaik-baiknya, Din.” Zainudin “Ah Mak Base, apa yang kau bicarakan? Ini untuk kau saja, kau lebih membutuhkan uang ini Mak.” Mak Base “Tidak, Din, ini hak mu. Bawalah semuanya.” Zainudin “Baiklah Mak, terimakasih selama ini Mamak telah bersusah payah menjagaku. Sekarang saatnya aku pergi ke tanah asalku, Minangkabau.” Mak Base “Jaga dirimu baik-baik, Din. Mak selalu berdo’a untuk keselamatanmu.” Zainudin “Selamat tinggal, Mak.” Babak II Sore hari, Zainudin duduk-duduk di lepau, tempat biasa anak-anak muda berkumpul. Meskipun sudah satu bulan, ia masih belum menemukan teman baik, sebaik Mak Base. Zainudin “Sebulan berlalu, mengapa tak ku dapatkan seseorang sebaik hati Mak Base. Benar apa yang dikatakannya, bahwa aku disini hanyalah dianggap orang pendatang, bukan orang Minangkabau tulen. Karena ayahkulah yang berasal dari sini, bukan ibuku.” Tiba-tiba hujan turun sangat deras, anak-anak muda sudah belari meninggalkan lepau. Namun hanya dua gadis bernama Hayati dan Khadijah berteduh di tempat yang sama dengan Zainudin. Awalnya Zainudin malu-malu untuk bertanya kepada mereka, namun akhirnya ia beranikan juga. Zainudin “Encik, apakah benar Encik yang bernama Hayati?” Hayati “Benar, Tuan.” Zainudin “Jika Encik berkenan, pulanglah dahulu Encik dan kawan Encik dengan payung saya ini.” Hayati dengan muka malu-malu, ia menerima tawaran Zainudin untuk memakai payung miliknya “Terimakasih, Tuan. Saya dan sahabat saya pulang dulu dari sini.” Zainudin “Baiklah, Encik. Hati-hati.” Sejak saat itu, Zainudin merasa jantungnya berdetak cepat ketika kembali bertemu dan teringat dengan Hayati. Beberapa hari kemudian, Hayati mengembalikan payung milik Zainudin dengan disertai surat untuknya, namun melalui anak kecil yang tinggal di dekat rumah Zainudin. Kemudian Zainudin membalas surat tersebut. Mulai saat itu, Zainudin dan Hayati sering berkirim surat, hingga akhirnya mereka menjalin sebuah hubungan cinta dan berkeinginan untuk segera menikah. Pada saat itu, Hayati berjanji akan memperjuangkan cintanya hingga ke pelaminan. Namun, takdir berkata lain. Orang tua Hayati telah menjodohkannya dengan pemuda asli Minangkabau anak orang berada, yang bernama Aziz. Datuk Garang “Hayati, inilah keluarga besar berkumpul untuk membicarakan yang terbaik tentang masa depanmu. Datang permintaan orang untuk meminangamu, yaitu Aziz di Padang Panjang dan datang pula sepucuk surat dari Zainudin , itu juga maksudnya. Setelah kami timbang melarat dan mafaat, Azizlah yang kami terima. Kami panggil engkau sekarang menyatakan kebulatan itu, supaya engkau terima dengan suka. Bagaimana pertimbanganmu? Hayati lama tidak menjawab, karena dalam hatinya menangis. Dia mencintai dan ingin menikah dengan Zainudin, namun orang tuanya tidak mungkin menyetujuinya. Dia hanya diam dan terus meneteskan air mata. Datuk Garang “Jawablah, kami hendak pergi. Lekaslah jawab, sudah lama kami menunggumu untuk menjawab. Jika kau tidak menjawab, tandanya kau suka.” Hayati “Bagaimana yang akan baik kata ninik mamak saja.. saya menurut.” Tidak lama kemudian Zainudin mendengar kabar bahwa Hayati akan segera menikah dengan pemuda pilihan orang tuanya. Saat itu, Zainudin kecewa dan sakit hati, hingga ia merasa kehilangan cahaya hidupnya. Kekasihnya akan diambil orang, dan kini dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Hingga akhirnya datanglah sahabat Zainudin dari Mengkasar yang bernama Muluk. Muluk “Guru, hamba perhatikan sejak saya datang kesini, tidak pernah saya temui senyum mengembang dari bibir Guru. Hanya kesedihan yang menyelimuti hari-hari Guru. Sudahlah Guru, janganlah engkau berlama-lama terpuruk dalam kedukaan hati. Mengapa Guru tidak mencoba mengadu nasib ke Pulau Jawa.” Zainudin “Untuk apa aku pergi ke sana?” Muluk “Menurut hamba, disana Guru dapat mengadu nasib dengan menjadi seorang penulis. Guru dapat menuliskan apa saja yang Guru rasakan, dan kisah-kisah Guru selama ini. Kemudian coba untuk dikirim pada redaksi surat kabar. Barangkali mereka tertarik dengan karya-karya Guru.” Zainudin “Benar katamu Muluk, akan kucoba saranmu. Bagaimana jika besok kita segera berangkat ke Jakarta.” Muluk ”Bailah Guru.” Tidak sukses menjadi penulis di Jakarta, Zainudin kemudian memutuskan berpindah ke Surabaya untuk mengembangkan bakatnya itu, dan menyebarluaskan karya-karyanya. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan Hayati dan Aziz dalam acara tonil yang diselenggarakan olehnya bersama orang-orang Minangkabau yang merantau di Surabaya, dan Zainudin mempersilakan Aziz dan Hayati untuk tinggal bersama di rumahnya, dan Aziz menyetujuinya. Sampai pada akhirnya Aziz memutuskan untuk menceraikan Hayati, dan meminta Zainudin untuk menikahinya. Zainudin sedang duduk termenung di meja tulisnya membolak-balik surat yang diterimanya itu serta memandang surat kabar dengan hati sangat terharu. Tiba-tiba Hayati masuklah ke dalam memberanikan dirinya. Zainudin “Duduklah!”. Hayati “Adakah surat dari suamiku?”. Zainudin “Ada!”. Hayati “Sayapun menerima pula, ini dia. Apa akal saya lagi, Engku Zainudin? Saya akan berkata terus terang kepadamu, saya akan panggilkan kembali namamu sebagaimana dahulu saya pernah panggilkan, Zainudin! Saya akan sudi menanggungkan segenap cobaan yang menimpa diriku itu, asal engkau sudi memaafkan segenap kesalahanku”. Zainudin “Maaf? Kau regas, segenap pucuk pengharapanku kau patahkan, kau minta maaf?”. Hayati “Mengapa engkau telah menjawab sekejam itu kepadaku, Zainudin? Lekas sekalipun pupus dari hatimu keadaan kita? Jangan kau jatuhkan kepadaku hukuman yang begitu ngeri!”. Zainudin “Lupakah kau? Siapakah diantara kita yang kejam? Bukankah kau telah berjanji, seketika saya diusir dari mimik mamakmu, sebab saya tak tentu asal, orang hina dina, tidak tulen Minangkabau. Ketika itu kau antar aku si simpang jalan. Kau berjanji akan menunggu kedatanganku , meskipun akan berapa lamanya. Tetapi kemudian kau beroleh ganti yang lebih gagah, kaya raya, berbangsa, beradat, berlembaga berketurunan. Kau kawin dengan dia, kau sendiri memberi keterangan bahwa perkawinan itu bukan paksaan orang lain, tapi pilihan kau sendiri. Hampir saya mati menanggung cinta, Hayati! Dua bulan lamanya saya tergeletak di tempat tidur. Kau jenguk saya dalam sakitku, memperlihatkan kepadaku bahwa tangan kau telah berinal, bahwa kau telah kepunyaan orang lain. Siapakah diantara kita yang kejam, hai perempuan muda? Tidak Hayati! Saya tidak kejam, saya hanya menuruti katamu. Bukankah engkau minta di dalam suratmu supaya cinta kita itu dihilangkan dan dilupakan saja, diganti dengan persahabatan yang kekal? Permintaan itulah yang saya pegang sampai sekarang. Maka sebagai seorang sahabat pula, engkau akan kulepas pulang ke kampungmu, ke tanah asalmu, Tanah Minangkabau”. Hayati “Tidak! Saya tidak akan pulang, saya akan tinggal dengan engkau di sini biar saya kau hinakan, biar kau pandang sebagai babu yang hina, saya tak kau beri belanja berapapun banyaknya, saya perlu dekat kau!”. Zainudin “Tidak Hayati! Kau mesti pulang kembali ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya, orang tak punya asal...Negeri Minangkabau beradat! Besok hari senin, ada kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periok, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke kampungmu”. Keesokan harinya, Hayati telah siap untuk berangkat. Namun ia kembali melihat0lihat kamarnya. Setelah lebih dulu melihat tenang-tenang dan sayu kepada gambar yang tergantung di dinding. Hayati “Tanda peringatan apakah yang dapat saya bawa dari pumah ini Bang Muluk?. Muluk Muluk melangkah ke dekat dinding, diambilnya sebuah gambar Zainudin yang bergantung di sana “Bawa sajalah ini, sekurang-kurangnya akan jadi peringatan!”. Tak lama kemudian, Hayati telah pergi meninggalkan rumah Zainudin, dan kemudian berlayar menuju kampung halamannya. Namun pada keesokan harinya, ia membaca di surat kabar bahwa Kapal Van Der Wijck tenggelam. Setelah mendengar berita bahwa kapal yang ditumpangi Hayati mengalami kecelakaan dan dia dirawat di rumah sakit karena ternyata Hyati ditolong oleh penangkap ikan. Setelah sampai di rumah sakit, mereka termenung melihat keadaan Hayati yang terbaring lemah di dalam kamar sakit. Tiba-tiba seorang juru rawat bertanya kepada Zainudin. Juru rawat “Agaknya Tuan yang bernama Zainudin bukan?”. Zainudin “Ya, di mana nona tahu?”. Juru rawat “Ketika perempuan itu dibawa kemari, kepalanya yang berdarah diikatnya dengan selendangnya sendiri, ketika menukar selendangnya itu dengan perban, telah dapat dikeluarkan dari dalam gulungannya sebuah gambar, yang dibawahnya ada tertulis tanda tangan Tuan Zainudin”. Setelah beberapa jam menunggu, sadarlah Hayati dari pingsannya, dan dilihatnya wajah Zainudin tenang-tenang, maka timbullah dari matanya, sekejap saja, cahaya pengharapan. Hayati “Kau .... Zain ...”. Zainudin “Ya Hayati! Allah rupanya tak izinkan kita berpisah lagi, bila telah bolehlah keizinan dari dokter, kita segera berangkat ke Surabaya”. Hayati dilihatnya pada Muluk tenang-tenang “Bang! ... su .... rat”. Muluk “Sudah Hayati, sudah kuberikan!”. Kemudian Hayati pingsan kembali. Juru rawat bersama dokter kembali masuk kamar hayati dan memeriksanya kembali. Ternyata Hayati mengalami kekurangan darah karena terlalu banya darah yang dikeluarkan pada luka di kepalanya. Kemudian Zainudin bertanya pada dokter. Zainudin “bilamana halnya Tuan Dokter?”. Dokter “Dia terlalu payah, darah terlalu banyak keluar, sekarang dia demam”. Zainudin “Sayang di sini perkakas tidak cukup. Baru saja dipesankan ke Surabaya, beberapa dokter akan datang membantu kemari”. Hari mulai malam, kira-kira pukul 10 malam Hayati membuka kedua matanya. Bagi orang yang tahu dan biasa melihat tanda-tanda orang yang akan mati, telah kelihatan tanda-tanda itu, cahaya matanya sudah tak ada lagi, bibirnya sudah surut ke atas. Diisyaratkannya dengan kepalanya menyuruh Zainudin mendekatinya. Setelah dekat, dibisikkannya. Hayati “Zainudin, saya dengar perkataan ... Tuan Dokter ... saya tahu bahwa waktu ... saya ... telah dekat”. Zainudin “Tiadak Hayati, kau akan sembuh, kita akan kembali ke Surabaya menyampaikan cita-cita kita, akan hidup beruntung, berdua! Tidak ... Hayati ... tidak!”. Hayati “Sabar ... Zain, cahay kematian telah terbayang di mukaku! Cuma, jika kumati ... hatiku telah senang, sebab telah ku ketahui bahwa engkau masih cinta kepadaku!”. Zainudin “Hidupku hanya buat engkau seorang Hayati!”. Hayati “Aku pun! Bacakan ... dua ... kalimat suci ... di telingaku”. Tiga kali Zainudin membacakan kalimat Syahadat itu, diturut-turtkan yang mula-mula itu dengan lidahnya, yang kedu adengan isyarat matanya, dan yang ketiga ... dia sudah tak ada lagi. Jakarta- Kesuksesan 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck' membuat Soraya Intercine Films untuk menayangkan lagi kisah cinta dua karakter dalam adaptasi novel Buya Hamka. Namun kali ini terdapat penambahan. "Permintaan paling kuat memang dari masyarakat sendiri," kata produser Ram Soraya dalam keterangan persnya, Senin (8/9/2014).
Its a classic love story.Berlatar belakang kisah di tahun 1930an, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dimulai dengan kedatangan seorang pemuda keturunan Minang asal Makassar, Zainuddin (Herjunot Ali), ke Batipuh, Tanah Datar, Sumatera Barat, dengan tujuan untuk mengenal tanah kelahiran ayahnya sekaligus memperdalam pengetahuan agamanya disana. . Kedatangan Zainuddin sendiri tidaklah mendapat
TenggelamnyaKapal Van Der Wijck menghadapi batu sandungan lebih keras pada 1962, yakni 24 tahun sejak pertama diterbitkan. Seorang penulis bernama Abdullah SP membuat esai berjudul "Aku Mendakwa Hamka Plagiat" yang dimuat di Harian Bintang Timur 7 September 1962.
Sertaadanya bahasa daerah setempat yang digunakan dalam dialog membuat pembaca kurang memahami maksudnya. Selain itu, sebagai guru bangga dengan pencapaian anak didik 6 Samudera saya. Buya Hamka (novel, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck) Starring Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahadian, Randy Nidji, Gesya Shandy. Cerita ini berkisar Berdasarkanhasil penelitian yang telah dilakukan maka kajian antropologi sastra pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck terdapat beberapa yang berkaitan dengan kebudayaan menurut Koenjaraningrat (dalam Ratna 2011:74) yaitu: a. Peralatan dan perlengkapan kehidupan b. Mata pencaharian c. Sistem kemasyatakan d. Bahasa e. Seni& Hiburan. Kapal van der Wijck 'karam' bagai cinta tak sampai. Naskhah Tenggelamnya Kapal van der Wijck sekali lagi ditawarkan untuk tontonan umum dan kali ini melalui teater di Istana Budaya FilmTenggelamnya Kapal Van der Wijck memiliki dialog yang indah untuk dituturkan oleh pemainnya. #Link tenggelamnya kapal van der wijck full movie movie. A second printing was with Syarkawi's publisher, then the next five printings, beginning in 1951, were by Balai Pustaka, which had become the state-owned publisher of Indonesia after in 1945.

RAKBUKU MAYA SK BATU MELINTANG menerbitkan TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK pada 2021-01-27. Baca versi flipbook dari TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK. Muat turun halaman 1-50 di FlipHTML5.

FilmTenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan film drama romantic yang diadaptasikan dari novel yang berjudul sama karangan Buya Hamka . film ini di sutradai oleh Sunil Soraya . dengan masa riset dan produksinya selama 5 tahun film ini sukses menjadi film karya rumah produksi Soraya intercine film termahal yang pernah dibuat
Abstract Persaingan produksi film saat ini sangat kopetitif namun peminat film Tenggelamnya kapal Van Der Wijck masih tetap eksis dikalangan masyarakat. Peneliti ingin mendalami nilai-nilai apa
seninkapal VAN DER WIJK akan berangkat dari surabaya ke tanjung periok. Lalu akan terus ke padang. (sambil menyerahkan sejumlah uang) gunakanlah uang ini hayati. (Pergi kebelakang)
DialogDua Layar, Adikarya IKAPI, 2002; 101 Dating meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005; Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller. Diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck terus mengalami cetak ulang sampai saat sekarang. TenggelamnyaKapal Van der Wijck (English: Sinking of the van der Wijck) is a 2013 Indonesian romantic drama film directed by Sunil Soraya and written by Imam Tantowi and Dhony Dirgantoro org-2020-07-22T00:00:00+00:01 Subject: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Hamka Keywords: tenggelamnya, kapal, van, der, wijck, hamka Created Date: 7/22/2020 11 Novelini juga menggunakan secara selektif dialog-dialog di dalam bahasa Belanda, Inggeris dan juga Nusantara. Novel "Warkah Akhir dari Van Der Wijck" memberikan nafas baharu kepada karya asal Hamka bertajuk "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" terbitan tahun 1938. RecommendFor Your Weekend : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck [REVIEW] by Rizki Rahmadania Putri. Jumat, Desember 20, 2013. Read. Hai! I'm back again.. Yups, hari ini gue baru aja nonton TKVDW bareng geng Ular walaupun gak komplit karena Sutan sakit dan Ghinaa lagi TenggelamnjaKapal van der Wijck adalah sebuah novel yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka. Novel ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. at4T.